LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM NORMAL
I.
Pengertian Persalinan Normal
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina kedunia luar. Persalinan
imatur adalah persalinan saat kehamilan 20-28 minggu dengan berat janin antara
500-1000gr. Persalinan premature adalah persalinan saat kehamilan 29-36 minggu
dengan berat janin antara 1000-2500gr.
Pada saat persalinan ada 3 faktor yang perlu diperhatikan,
yaitu jalan lahir (tulang dan jaringan lunak pada panggul ibu), janin dan
kekuatan ibu. Kelainan satu atau beberapa faktor diatas dapat menyebabkan
distosia. (Kapita Selekta Kedokteran,2001)
Persalinan normal adalah proses
kelahiran bayi dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak
melukai ibu dan bayi. Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi
(janin dan ari) yang dapat hidup ke dunia luar dan rahim melalui jalan lahir
atau dengan jalan lain. (Rustam Mohtar,
1998)
II.
Sebab-Sebab Yang Menimbulkan
Persalinan
Penyebab persalinan belum pasti
diketahui,namun beberapa teori menghubungkan dengan factor hormonal,struktur
rahim,sirkulasi rahim,pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi.
1)
Teori
penurunan hormone
1-2 minggu sebelum partus mulai,
terjadi penurunan hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone
sebagai penenang otot –otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan
pembuluh darah sehingga timbul his bila progesterone turun.
2)
Teori
placenta menjadi tua
Turunnya kadar hormone estrogen dan
progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi
rahim.
3)
Teori
distensi rahim
Rahim yang menjadi besar dan
merenggang menyebabkan iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi
utero-plasenta.
4)
Teori
iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion
servikale(fleksus franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan
misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus.
III.
Konsep Dasar Nifas
A. Pengertian
Nifas
Masa nifas atau masa puerperium
adalah masa setelah partus selesai dan berkahir setelah kira-kira 6 minggu (Kapita Selekta Kedokteran,2001)
Masa puerpenium (nipas) adalah masa
setelah partus selesai dan berakhir kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh
alat genetal baru pulih kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3
bulan. (Ilmu Kebidanan,2007).
Masa nifas (peurpenium )adalah masa
pulih kembali mulai dari persalin selesai samapi alat kandung kembali seperti
semula/pra hamil dan lamanya berlangsung yaitu 6 minggu. (Obstetri Fisiologi,1998)
Masa nifas (poerperium) adalah masa
pulih kembali, mulai dari persalinan sampai alat-alat kandungan kembali seperti
pra hamil, lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 1998).
Jadi masa nifas adalah masa setelah melahirkan sampai alat
kandungan kembali seperti semula/seperti sebelum hamil.
B. Masa
nifas/ peurpenium dibagi dalam 3 periode :
1. Puerpenium dini : kepullihan dimana
ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2. Puerpenium intermedial : kepulihan
menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
3. Remote puerpenium : waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi . Waktu untuk sehat sempurna bisa
berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
C. Perubahan-perubahan
yang penting pada masa nifas
Adaptasi
Fisiologi
Adaptasi
atau perubahan yang terjadi pada ibu post partum normal, yaitu :
1.
System reproduksi
a.
Involusi uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan
sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera
setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Dalam waktu 12
jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilicus. Dalam beberapa
hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun
kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus
normal akan berada dipertengahan antara umbilicus dan simpisis pubis. Uterus
tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum.
b.
Kontraksi
Intensitas kontraksi uterus
meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai
respons terhadap penurunan volume intrauterine yang sangat besar. Hemostasis
pascapartum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium,
bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormone oksigen yang
dilepas kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus,
mengkompresi pembuluh darah, dan membantu hemostasis. Selama 1 sampai 2 jam
pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi
tidak teratur. Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus
selama masa ini, biasanya suntikan oksitosin ( pitosin ) secara intravena atau
intramuscular diberikan segera setelah plasenta lahir.
c.
Afterpains
Pada primipara, tonus uterus
meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi
yang periodik sering dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan
sepanjang masa awal puerperium.
d.
Lokia
Pengeluaran darah dan jaringan
desidua yang nekrotik dari dalam uterus selama masa nifas disebut lokia. Lokia
ini terdiri dari lokia rubra (1-4 hari) jumlahnya sedang berwarna merah dan
terutama darah, lokia serosa (4- 8 hari) jumlahnya berkurang dan berwarna merah
muda (hemoserosa), lokia alba (8-14 hari) jumlahnya sedikit, berwarna putih
atau hampir tidak berwarna.
e.
Serviks
Servik mengalami involusi
bersama-sama uterus. Setelah persalinan ,ostium eksterna dapat dimasuki oleh
dua hingga tiga jari tangan; setelah 6 minggu postnatal, serviks menutup.
f.
Vulva dan vagina
Vulva dan vagina mengalami penekanan
serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam
beberapa hari pertama setelah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada
dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan vagina kembali kepada keadaan
tidak hamil dan rugae dalam vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae
dalam vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia
menjadi lebih menonjol.
g.
Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum
menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh karena tekanan kepala bayi yang
bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapat kembali
sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum
melahirkan.
h.
Payudara
Payudara mencapai maturasi yang
penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi disupresi, payudara akan menjadi
lebih besar, lebih kencang dan mula – mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi
terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.
i.
Traktus urinarius
Buang air kecil sering sulit selama
24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasme (kontraksi otot yang mendadak
diluar kemaluan) sfingter dan edema leher buli – buli sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin
dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah
melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat
menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan
diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
2.
Tanda – tanda vital
Suhu pada hari pertama (24 jam
pertama) setelah melahirkan meningkat menjadi 38oC
sebagai
akibat pemakaian tenaga saat melahirkan dehidrasi maupun karena terjadinya
perubahan hormonal, bila diatas 380C dan selama dua hari dalam sepuluh dari
pertama post partum perlu dipikirkan adanya infeksi saluran kemih,
endometriosis dan sebagainya. Pembengkakan buah dada pada hari ke 2 atau 3
setelah melahirkan dapat menyebabkan kenaikan suhu atau tidak.
3.
System kardiovaskuler
a.
Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau
tetap. Hipotensi ortostatik, yang diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan
ingin pingsan segera berdiri, dapat timbul dalam 48 jam pertama.
b.
Denyut nadi
Nadi umumnya 60 – 80 denyut permenit
dan segera setelah partus dapat terjadi takikardi. Bila terdapat takikardi dan
badan tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada penyakit jantung.
Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibanding suhu. Pada minggu ke
8 sampai ke 10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum
hamil.
c.
Komponen darah
Hemoglobin, hematokrit dan eritrosit
akan kembali kekeadaan semula sebelum melahirkan.
4.
System endokrin
Pengeluaran plasenta menyebabkan
penurunan signifikan hormone – hormone yang diproduksi oleh organ tersebut.
Kadar estrogen dan progesterone menurun secara mencolok setelah plasenta
keluar, kadar terendahnya tercapai kira – kira satu minggu pascapartum. Pada
wanita yang tidak menyusui kadar estrogen mulai meningkat pada minggu kedua
setelah melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada
pascapartum hari ke 17 (bowes ,1991)
Kadar prolaktin meningkat secara
progresif sepanjang masa hamil. Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap
meningkat sampai minggu keenam setelah melahirkan (Bowes, 1991). Kadar
prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui,
dan banyak makanan tambahan yang diberikan.
System perkemihan
Perubahan hormonal pada masa hamil
(kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal,
sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan sebagian
menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa pascapartum. Fungsi
ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan.
Diperlukan kira – kira 2 sampai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan
dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali kekeadaan sebelum hamil.
(Cunningham, dkk; 1993) pada sebagian kecil wanita, dilatasi traktus urinarius
bisa menetap selama tiga bulan.
5.
System gastrointestinal
Ibu biasanya lapar setelah
melahirkan, sehingga ia boleh mengkonsumsi makan – makanan ringan. penurunan
tonus dan mortilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat
setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anestesi bisa memperlambat
pengembalian tonus dan motilitas keadaan normal. Buang air besar secara spontan
bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini
bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan
pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan,
kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defekasi
karena nyeri yang dirasakannya diperineum akibat episiotomy, laserasi atau
hemoroid.
6.
System muskuloskletal
Adaptasi ini mencakup hal – hal yang
membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu
akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam sampai ke
8 setelah wanita melahirkan.
7.
System integument
Kloasma yang muncul pada masa
kehamilan biasanya menghilang saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi diareola
dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya. Kulit yang meregang pada payudara,
abdomen, paha dan panggul mungkin memudar tapi tidak hilang seluruhnya.
Adaptasi psikologis
Rubin (1961) membagi menjadi 3 fase :
1.
Fase taking in yaitu fase ketergantungan, hari pertama
sampai dengan hari ketiga post partum, fokus pada diri sendiri, berperilaku
pasif dan ketergantungan, menyatakan ingin makan dan tidur, sulit membuat
keputusan.
2.
Fase taking hold yaitu fase transisi dari
ketergantungan kemandiri, dari ketiga sampai dengan kesepuluh post partum,
fokus sudah ke bayi, mandiri dalam perawatan diri, mulai memperhatikan fungsi
tubuh sendiri dan bayi, mulai terbuka dalam menerima pendidikan kesehatan.
3.
Fase letting go yaitu fase dimana sudah mengambil
tanggung jawab peran yang baru, hari kesepuluh sampai dengan enam minggu post
partum, ibu sudah melaksanakan fungsinya, ayah berperan sebagai ayah dan
berinteraksi dengan bayi.
D. Penatalaksanaan medis
1. Tes
diagnostic
a. Jumlah
darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
b.
Urinalisis; kadar urin, darah.
E. Therapy
a. Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia
b. Memberikan antibiotik bila ada
indikasi
F. Perawatan
Pasca Persalinan
1.
Mobilisasi
Karena lelah sehabis bersalin, ibu
harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh
miring-miring ke kanan dan kiri untuk mencegah terjadinya thrombosis dan
tromboemboli. Pada hari ke-2 diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan dan
hari 4-5 sudah diperbolehkan pulang.
2.
Diet
Makanan harus bermutu, beergizi dan
cukup kalori, sebaiknya makan-makanan yang mengandung protein, banyak cairan,
sayur-sayuran dan buah-buahan.
3.
Miksi
Hendaknya kencing dilakukan sendiri
akan secepatnya. Bila kandung kemih penuh dan sulit tenang, sebaiknya dilakukan
kateterisasi. Dengan melakukan mobilisasi secepatnya tak jarang kesulitan miksi
dapat diatasi.
4.
Defekasi
Buang air besar, harus dilakukan 3-4
hari pasca persalinan. Bila terjadi obstipasi dan timbul koprostase hingga
skibala tertimbun di rectum, mungkin terjadi febris. Lakukan klisma atau
berikan laksan peroral ataupu perektal. Dengan melakukan mobilasasi sedini
mungkin tidak jarang kesulitan defekasi dapat diatasi.
5.
Perawatan
payudara
-
Dimulai
sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras dan kering sebagai
persiapan untuk menyusui bayi
-
Jika
putting rata. Sejak hamil ibu dapat menarik-narik puting susu. Ibu harus tetap
menyusui agar putting selalu sering tertarik.
-
Putting
Lecet. Putting lecet dapat disebabkan cara menyusui atau perawatan payudara
yang tidak benar dan infeksi monilia. Penatalaksanaan dengan tehink menyusui
yang benar, putting harus kering saat menyusui, putting diberi lanolin, monilia
diterapi dan menyusui pada payudara yang tidak lecet. Bila lecetnya luas
menyusui di tunda 24-48 jam dan ASI dikeluarkan dengan tangan atau dipompa.
-
Payudara
bengkak. Payudara bengkak disebabkan pengeluaran ASI yang tidak lancar karena
bayi tidak cukup sering menyusui atau terlalu cepat disapih. Penatalaksanaanya
dengan menyusui lebih sering, kompres hangat. Susu dikeluarkan dengan pompa dan
pemberian analgesic.
-
Mastitis.
Payudara tampak edema, kemerahan dan nyeri yang biasanya terjadi beberapa
minggu setelah melahirkan. Penetalaksanaan dengan kompres hangat/dingin,
pemberian antibiotic dan analgesic, menyusui tidak dihentikan.
-
Abses
payudara. Pada payudara dengan abses ASI dipompa, abses di insisi, diberikan
antibiotic dan analgesic.
-
Bayi
yang tidak suka menyusui. Keadaan ini dapat disebabkan pancaran ASI yang
terlalu kuat sehingga mulut bayi terlalu penuh, bingung putting pada bayi yang
menyusui diselang seling dengan susu botol, putting rata dan terlalu kecil atau
bayi mengantuk. Pancaran ASI yang terlalu kuat diatasi dengan menyusui lebih
sering, memijat payudara sebelum menyusui, serta menyusui dengan terlentang
dengan bayi ditaruh diatas payudara. Pada bayi dengan bingung putting, hindari
dengan pemakaian dot botol dan gunakan sendok atau pipet untuk memberikan
pengganti ASI. Pada bayi mengantuk yang sudah waktunya diberikan ASI, usahakan
agar bayi terbangun.
-
Dianjurkan
sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan
bayinya.
6.
Laktasi
Disamping ASI merupakan makanan
utama bayi yang tidak ada bandingannya, menyusui bayi sangat baik untuk
menjelmakan rasa kasih sayang antara ibu dan anak. Setelah partus, pengaruh
menekan dari estrogen dan progesterone terhadap hipofisis hilang. Timbul
pengaruh lactogen hormone (prolaktin) kembali dan pengaruh oksitosin
mengakibatkan miopitelium kelenjar susu berkontraksi, sehingga terjadi
pengeluaran air susu. Umumnya produksi ASI berlangsung betul pada hari ke-2-3
pp. Pada hari pertama, air susu mengandung kolostrum yang merupakan cairan
kuning lebih kental daripada susu, mengandung banyak protein dan globulin
7.
Perasaan
mulas sesudah partus akibat kontraksi uterus kadang sangat menggangu selama 2-3
hari pasca persalinan dan biasanya lebih sering pada multipara dibanding primipara.
Perasaan mulas lebih terasa saat menyusui, dapat pula timbul bila masih ada
sisa selaput ketuban , sisa plasenta atau gumpalan darah dalam kavum uteri.
Pasien dapat diberikan analgesic atau sedative.
8.
Latihan
senam dapat diberikan mulai hari ke 2 misalnya:
-
Ibu
terlentang lalu kedua kaki ditekuk, kedua tangan diatruh di atas dan menekan
perut. Lakukan pernafasan dada lalu pernafasan perut.
-
Dengan
posisi yang sama, angkat bokong lalu taruh kembali.
-
Kedua
kaki diluruskan dan disilangkan, lalu kencangkan otot seperti menahan miksi dan
defekasi.
-
Duduklah
pada kursi, perlahan bunbgkukkan badan sambil tangan berusaha menyentuh tumit.
9.
Dianjurkan
untuk mengambilan cuti hamil
10.
Pemeriksaan
pasca persalinan
-
Pemeriksaan
umum : TD, nadi, keluhan, dll
-
Keadaan
umum
: suhu, selera makan, dll
-
Payudara
: ASI, putting susu
-
Dinding
perut : perineum, kandung kemih, rectum
-
Sekret
yang keluar misalnya lochea, flour albus
11.
Nasehat
untuk ibu post natal
-
Sebaiknya
bayi disusui
-
Bawakan
bayi untuk imunisasi
-
Lakukanlah
KB
-
Fisioterapi
post natal sangat baik bila diberikan
Ibu diharapkan kembali memeriksakan diri pada 6 minggu pasca
persalinan. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat keadaan umum, keadaan payudara
dan putingnya, dinding perut apakah ada hernia, keadaan perineum, kandung kemih
apakah ada rektokel, tonus otot spingter ani, dan adanya flour albus.
Kelainan yang dapat ditemukan selama
nifas ialah infeksi nifas, perdarahan pasca persalinan dan eklamsia puerpurale.
ASUHAN
KEPERAWATAN TEORI POST PARTUM NORMAL
Asuhan keperawatan
Menurut Marylnn E. Doengous, 2001 :
Pengkajian
1.
Aktivitas/istirahat
Insomnia mungkin teramati.
2.
Sirkulasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam
hari.
3.
Integritas ego
Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum
blues”sering terlihat kira-kira 3 hari setelah melahirkan).
4.
Eliminasi
Diuresis diantara hari kedua dan kelima
5.
Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan kira-kira
hari ketiga
6.
Nyeri/ketidaknyamanan
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara
hari 3 sampai ke-5 pascapartum.
7.
Seksualitas
-
Uterus 1 cm diatas umbilicus pada 12 jam setelah
kelahiran menurun kira-kira 1 lebar jari setiap harinya.
-
Lokhea rubra berlanjut sampai hari ke2 – 3 , berlanjut
menjadi lokhea serosa dengan aliran tergantung pada posisi (mis, rekumben
versus ambulasi berdiri) dan aktivitas (mis, menyusui).
-
Payudara : produksi kolostrum 48 jam pertama,
berlanjut pada susu matur, biasanya pada hari ke 3; mungkin lebih didini,
tergantung kapan menyusui dimulai.
Diagnosa
keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu
pernyataan yang menjelaskan respon manusia ( status kesehatan atau resiko
perubahan pola ) dari individu atau kelompok dimana perawat secara
akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah
(carpenito, 2000)
Diagnose keperawatan yang muncul
pada klien postpartum menurut Marilyn doengoes, 2001 yaitu :
1.
Nyeri (akut)/ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma
mekanis, edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
2.
Gangguan
pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan tubuh.
3.
Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,
pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur
karakteristik fisik payudara ibu.
4.
Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan
biokimia, fungsi regulator (misal hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau
eklamsia); efek anestesia; tromboembolisme; profil darah abnormal (anemia,
sensivitas rubella,inkompabilitas Rh).
5.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan
/atau peningkatan peningkatan lingkungan, rupture ketuban lama, mal nutrisi.
Perencanaan
Asuhan Keperawatan
Perencanaan merupakan tahap ketiga
dari proses keperawatan yang meliputi pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasi pada
diagnose keperawatan.
a.
Nyeri (akut)/ ketidaknyamanan berhubungan dengan
trauma mekanis, edema/pembesaran jaringan atau distensi, efek-efek hormonal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan rasa nyeri teratasi
Kriteria hasil : Mengidentifikasi dan mengunakan
intervensi untuk mengatasi ketidaknyamanan dengan tepat,
mengungkapkan berkurangnya ketidaknyamanan.
Intervensi :
Mandiri :
1)
Tentukan adanya lokasi, dan sifat ketidaknyamanan.
Tinjau ulang persalinan dan catatan kelahiran.
2)
Inspeksi perbaikan perineum dan episiotomy. Perhatikan
edema, ekimosis, nyeri tekan local, eksudat purulen, atau kehilangan perlekatan
jaringan.
3)
Berikan kompres es pada perineum, khusus nya selama 24
jam pertama setelah kelahiran.
4)
Berikan kompres panas lembab (misal rendam duduk/bak
mandi) diantara 100o dan 105o F (38o sampai 43,2o C) selam 20 menit, 3-4 kali sehari, setelah 24 jam 1.
5)
Anjurkan duduk dengan otot gluteal terkontraksi diatas
perbaikan episiotomy.
6)
Infeksi hemoroid pada perineum. Anjurkan penggunaan
kompres es selama 20 menit setiap 4 jam, penggunaan kompres witch hazel, dan
menaikan pelvis pada bantal.
7)
Kaji nyeri tekan uterus; tentukan adanya dan
frekuensi/intensitas afterpain.
8)
Anjurkan klien berbaring tengkurap dengan bantal
dibawah abdomen, dan melakukan tehnik visualisasi atau aktivitas pengalihan.
9)
Inspeksi payudara dan jaringan putting; jika adanya
pembesaran dan/atau pitung pecah – pecah.
10)
Ajurkan untuk mengunakan bra penyokong
11)
Berikan informasi mengenai peningkatan frekuensi
temuan, memberikan kompres panas sebelum member makan, mengubah posisi bayi
dengan tepat, dan mengeluarkan susu secara berurutan , bila hanya satu putting
yang sakit atau luka.
12)
Berikan kompres es pada area aksila payudara bila
klien tidak merencanakan menyusui.
13)
Kaji klien terhadap kepenuhan kandung kemih.
14) Evaluasi
terhadap sakit kepala, khususnya setelah anesthesia subaraknoid. Hindari member
obat klien sebelum sifat dan penyebab dari sakit kepala ditentukan.
Kolaborasi :
15) Berikan
bromokriptin mesilat (parlodel) dua kali sehari dengan makan selama 2 – 3
minggu. Kaji hipotensi pada klien; tetap dengan klien selama ambulasi pertama.
16)
Berikan analgesic 30 – 60 menit sebelum menyusui.
Untuk klien yang tidak menyusui, berikan analgesic setiap 3 – 4 jam selama
pembesaran payudara dan afterpain.
17)
Berikan sprei anestetik, salep topical, dan kompres
witc hazel untuk perineum bila dibutuhkan.
18) Bantu sesuai
dengan injeksi salin atau pemberian “ blood patch “ pada sisi pungsi dural.
Pertahankan klien pada posisi horizontal setelah prosedur.
b.
Menyusui berhubungan dengan tingkat pengetahuan,
pengalaman sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur
karakteristik fisik payudara ibu.
Tujuan : setelah dilakukan demostrasi tentang
perawatan payudara diharapkan tingkat pengetahuan ibu bertambah.
Kriteria hasil : mengungkapkan pemahaman tentang
proses menyusui, mendemonstrasikan tehnik efektif dari menyusui, menunjukan
kepuasan regimen menyusui satu sama lain, dengan bayi dipuaskan setelah
menyusui.
Intervensi :
Mandiri :
1)
Kaji pengetahuan dan pengalaman klien tentang menyusui
sebelumnya.
2)
Tentukan system pendukung yang tersedia pada klien,
dan sikap pasangan/keluarga.
3)
Berikan informasi, verbal dan tertulis, mengenai
fisiologis dan keuntungan menyusui, perawatan putting dan payudara, kenutuhan
diet khusus, dan factor – factor yang memudahkan atau mengganggu keberhasilan
menyusui.
4)
Demostrasikan dan tinjauan ulang tehnik – tehnik
menyusui. Perhatikan posisi bayi selama menyusui dan lama menyusui.
5)
Kaji putting klien; anjurkan klien melihat putting
setiap habis menyusui.
6)
Anjurkan klien untuk mengeringkan putting dengan udara
selama 20 – 30 menit setelah menyusui.
7)
Instruksikan klien untuk menghindari pengunaan putting
kecuali secara khusus diindikasi.
8)
Berikan pelindung putting payudara khusus untuk klien
menyusui dengan putting masuk atau datar.
Kolaborasi :
9)
Rujuk klien pada kelompok pendukung; misal posyandu
10) Identifikasi
sumber – sumber yang tersedia dimasyarakat sesuai indikasi
c.
Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan
kelemahan fisik.
Tujuan : Pemenuhan ADL
terpenuhi.
Kriteria
hasil : Klien dapat
memenuhi kebutuhannya (mandi, makan, dan minum).
Intervensi
1)
Kaji tingkat kemampuan pasien dalam memenuhi
kebutuhannya.
R/ Sebagai indikator untuk melanjutkan
tindakan selanjutnya
2)
Bantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
R/ Agar kebutuhan klien dapat terpenuhi
3)
Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien.
R/ Agar klien mudah menjangkau
kebutuhannya.
4)
Libatkan keluarga dalam memenuhi kebutuhannya.
R/ Dengan adanya hubungan dan kerjasama
dari keluarga klien terpenuhi.
d.
Resiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan
biokimia, fungsi regulator ( misal hipotensi ortostatik, terjadinya HKK atau
eklamsia); efek anestesia; tromboembolisme; profil darah abnormal (anemia,
sensivitas rubella, inkompabilitas Rh).
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan resiko cidera teratasi.
Kriteria hasil : mendemonstrasikan perilaku untuk
menurunkan factor – factor risiko/melindungi diri dan bebas dari komplikasi.
Intervensi :
Mandiri :
1)
Tinjau ulang kadar hemoglobin (Hb) darah dan
kehilangan darah pada waktu melahirkan. Catat tanda – tanda anemia.
2)
Anjurkan ambulasi dan latihan dini kecuali pada klien
yang mendapatkan anesthesia subaraknoid, yang mungkin yetap berbaring selama 6
– 8 jam, tanpa penggunaan bantal atau meninggikan kepala. Bantu klien dengan
ambulasi awal. Berikan supervise yang adekuat pada mandi shower atau rendam
duduk. Berikan bel pemanggil dalam jangkauan klien.
Berikan klien terhadap hiperrefleksia, nyeri kuadran
kanan atas (KKaA , sakit kepala, atau gangguan penglihatan.
3)
Catat efek – efek magnesium sulfat (MgSO4), bila
diberikan, kaji respon patella dan pantau status pernapasan.
4)
Inspeksi ekstremitas bawah terhadap tanda – tanda
tromboflebitis, perhatikan ada atau tidaknya tanda human.6) Berikan kompres
panas local; tingkatkan tirah baring dengan meninggikan tungkai yang sakit.
5)
Evaluasi status rubella pada grafik prenatal, kaji
klien tehadap alergi pada telur atau bulu.
Kolaborasi :
6)
Berikan MgSO4 melalui pompa infuse, sesuai indikasi.
7)
Berikan kaus kaki penyokong atau balutan elastic untuk
kaki bila risiko – risiko atau gejala – gejala flebitis terjadi.
8)
Berikan antikoagulasi; evaluasi factor – factor
koagulasi, dan perhatikan tanda – tanda kegagalan pembekuan.
9)
Berikan Rh0 (D) imun globulin (RhlgG) LM.dalam 72 jam
pascapartum, sesuai indikasi.
e.
Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan
trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit, penurunan Hb prosedur invasive dan
/atau peningkatan peningkatan lingkungan, rupture ketuban lama, mal nutrisi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan
diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : mendemonstrasikan tehnik – tehnik
untuk menurunkan risiko/meningkatkan penyembuhan, menunjukan luka yang bebas
dari drainase purulen dan bebas dari infeksi, tidak febris, dan mempunyai
aliran lokhial dan karakter normal.
Intervensi :
Mandiri :
1)
Kaji catatan prenatal dan intrapartal, perhatikan
frekuensi pemeriksaan vagina dan komplikasi seperti ketuban pecah dini (KPD),
persalinan lama, laserasi, hemoragi, dan tertahannya plasenta.
2)
Pantau suhu dan nadi dengan rutin dan sesuai indikasi
; catat tanda-tanda menggigil, anoreksia atau malaise.
3)
Kaji lokasi dan kontraktilitis uterus ; perhatikan
perubahan involusional atau adanya nyeri tekan uterus ekstrem.Catat jumlah dan
bau rabas lokhial atau perubahan pada kemajuan normal dari rubra menjadi
serosa.
4)
Evaluasi kondisi putting, perhatikan adanya
pecah-pecah, kemerahan atau nyeri tekan. Anjurkan pemeriksaan rutin payudara.
Tinjau perawatan yang tepat dan tehnik pemberian makan bayi. (rujuk pada DK :
Nyeri (akut)/ketidaknyamanan).
5)
Inspeksi sisi perbaikan episiotomy setiap 8 jam.
Perhatikan nyeri tekan berlebihan, kemerahan, eksudat purulen, edema, sekatan
pada garis sutura (kehilangan perlekatan), atau adanya laserasi.
6)
Perhatikan frekuensi/jumlah berkemih.
7)
Kaji terhadap tanda-tanda infeksi saluran kemih (ISK)
atau sisitis (mis : peningkatan frekiensi, doronganatau disuria). Catat warna
dan tampilan urin, hematuria yang terlihat, dan adanya nyeri suprapubis.
8)
Anjurkan perawatan perineal, dengan menggunakan botol
atau rendam duduk 3 sampai 4 kali sehari atau setelah berkemih/defekasi.
Anjurkan klien mandi setiap hari ganti pembalut perineal sedikitnya setiap 4
jam dari depan ke belakang.
9)
Anjurkan dan gunakan tehnik mencuci tangan cermat dan
pembuangan pembalut yang kotor, pembalut perineal dan linen terkontaminasi
dengan tepat.
10)
Kaji status nutrisi klien. Perhatikan tampilan rambut,
kuku, kulit, dan sebagainya. Catat berat badan kehamilan dan penambahan berat
badan prenatal.
11)
Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi
protein, vitamin C, dan zat besi. Anjurkan klien untuk meningkatkan masukan
cairan sampai 2000 ml/hari.
12) Tingkatkan
tidur dan istitahat.
Kolaborasi :
13) Kaji jumlah
sel darah putih (SDP).
ASUHAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN POST PARTUM NORMAL
Pengkajian (Terlampir)
ANALISA
DATA
Nama : Ny. Umur : tahun
No.
|
Data
|
Masalah
|
Diagnosa Keperawatan
|
1.
|
DS : Klien mengeluh merasakan nyeri pada area episiotomy
DO :
·
Klien tampak lemah
·
Ekspres wajah meringis
·
TTV :
TD : 110/80
mmHg
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
SB : 36,8 0C
Nyeri (+) skala 6-7
|
Nyeri
|
Nyeri (akut)/
ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran jaringan
atau distensi, efek-efek hormonal.
|
2.
|
DS : klien mengatakan ia
merasa lemah.
DO :
·
Klien tampak lemah
·
TTV :
TD : 110/80
mmHg
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
SB : 36,8 0C
|
Gangguan pemenuhan kebutuhan ADL
|
Gangguan
pemenuhan kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.
|
3.
|
DS : -
DO :
TD : 110/80
mmHg
N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit
SB : 36,8 0C
|
Resiko tinggi infeksi
|
Resiko tinggi
terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit,
penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan peningkatan lingkungan,
rupture ketuban lama, mal nutrisi.
.
|
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. Umur : tahun
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan & Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
1.
|
Nyeri (akut)/
ketidaknyamanan berhubungan dengan trauma mekanis, edema/pembesaran jaringan
atau distensi, efek-efek hormonal.
|
Tujuan :
Nyeri berkurang atau teratasi.
Kriteria Hasil :
Mengidentifikasi dan mengunakan
intervensi untuk mengatasi ketidaknyamanan dengan tepat, mengungkapkan
berkurangnya ketidaknyamanan.
|
1.
Tentukan lokasi dan sifat nyeri
Rasional : mengdentifikasi kebutuhan-kebutuhan khusus dan intervensi yang tepat
2.
Kaji nyeri tekan uterus, tentukan frekuensi/intensitas afterpain dan
adanya faktor pemberat.
Rasional : selama 12 jam
pertama post partum kontraksi otot kuat dan reguler, dan ni berlanjut selama
2-3 hari selanjutnya meskipun frekuensi dan intensitasnya berkurang
3.
Berikan posisi tidur yang nyaman dan lingkungan yang tenang
Rasional : persalinan dan
kelahiran adalah proses yang melelahkan, ketenangan dan istirahat dapat
mencegah kelelahan.
4.
Penggunaan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri dengan massage, mandi
air hangat atau tarik nafas dalam.
Rasional : dapat menurunkan
beratnya ketidaknyamanan dan afterpain
|
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan & Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
2.
|
Gangguan pemenuhan
kebutuhan ADL berhubungan dengan kelemahan fisik.
|
Tujuan :
Pemenuhan ADL terpenuhi
Kriteria Hasil :
Klien dapat memenuhi
kebutuhannya (mandi, makan, dan minum).
|
1.
Kaji tingkat
kemampuan pasien dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Sebagai indikator untuk melanjutkan
tindakan selanjutnya
2.
Bantu klien
dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Agar kebutuhan klien dapat terpenuhi
3.
Dekatkan
alat-alat yang dibutuhkan klien.
Rasional : Agar klien mudah menjangkau
kebutuhannya.
4.
Libatkan
keluarga dalam memenuhi kebutuhannya.
Rasional : Dengan adanya hubungan dan kerjasama dari
keluarga klien terpenuhi.
|
No.
|
Diagnosa Keperawatan
|
Tujuan & Kriteria Hasil
|
Intervensi
|
3.
|
Resiko tinggi
terhadap infeksi berhubungan dengan trauma jaringan dan/atau kerusakan kulit,
penurunan Hb prosedur invasive dan /atau peningkatan peningkatan lingkungan,
rupture ketuban lama, mal nutrisi.
|
Tujuan :
Infeksi tidak terjadi
Kriteria Hasil :
mendemonstrasikan tehnik –
tehnik untuk menurunkan risiko/meningkatkan penyembuhan, menunjukan luka yang
bebas dari drainase purulen dan bebas dari infeksi, tidak febris, dan
mempunyai aliran lokhial dan karakter normal.
|
1.
Pantau suhu
dan nadi dengan rutin sesuai indikasi
Rasional : peningkatan suhu tubuh sampai 38, 3oc
dalam 24 jam dari 10 hari pertama pasca partum adalah bermakna
2.
Anjurkan
perawatan perineal dengan menggunakan botol atau rendam duduk selama 3-4 kali
sehari atau setelah berkemih atau defekasi
Rasional : pembersihan sering dari depan kebelakang
membantu mencegah komplikasi dari rectal ke vagina.
3.
Anjurkan dan
gunakan teknik mencuci tangan dan pembuangan pembalut dan lien yang
terkotaminasi dengan tepat.
Rasional : membantu mencegah dan mengurangi
infeksi.
|