LAPORAN
KEPERAWATAN KELUARGA
“ Keluarga
Dengan Anak Usia Sekolah”
Di susun oleh:
Nama :
Elvira Sinolang, S.Kep., Ns
NIM
: 07061005
PRAKTEK PROFESI
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE
MANADO
2011
LAPORAN PENDAHULUAN
Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
A.
Keluarga
Keluarga
adalah unit terkecil masyarakat, terdiri dari suami istri dan anaknya
atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (UU. No 10, 1992). keluarga
adalah kumpulan dua orang / lebih hidup bersama dengan keterikatan aturan
dan emosional, dan setiap individu punya peran masing-masing (Friedman 1998).
Whall
(1986) dalam analisis konsep tentang keluarga sebagai unit yang perlu
dirawat, ia mendefinisikan keluarga sebagai kelompok yang
mengidentifikasikan diri dengan anggotanya yang terdiri dari dua individu atau
lebih yang asosiasinya dicirikan oleh istilah-istilah khusus, yang boleh jadi
tidak diikat oleh hubungan darah atau hukum, tapi yang berfungsi sedemikian
rupa sehingga mereka menganggap diri mereka sebagai sebuah keluarga .
Family
Service America (1984) mendefinisikan keluarga dalam suatu cara yang
komprehensif, yaitu sebagai ”dua orang atau lebih yang disatukan oleh
ikatan-ikatan kebersamaan dan keintiman”.
Hariyanto,
2005. keluarga menunjuk kepada dua orang atau lebih yang disatukan oleh
ikatan-ikatan kebersamaan dan ikatan emosional dan yang mengidentifikasikan
diri mereka sebagai bagian dari keluarga .
Dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah
unit terkecil dari masyarakat dua orang / lebih, memiliki ikatan perkawinan dan
pertalian darah, hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi, punya peran
masing-masing dan mempertahankan suatu budaya.
1.
Ciri-ciri keluarga
a)
Diikat tali perkawinan
b)
Ada hubungan darah, ada ikatan batin
c)
Tanggung jawab masing–masing,
d)
Ada pengambil keputusan
e)
Kerjasama diantara anggota keluarga
f)
Interaksi
g)
Tinggal dalam suatu rumah
2. Struktur keluarga
a) Terorganisasi,
bergantung satu sama lain
b) Ada
keterbatasan
c) Perbedaan
dan kekhususan, peran dan fungsi masing-masing.
3.
Struktur keluarga (ikatan darah)
a) Patrilineal,
keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi,
dimana hubungan itu berasal dari jalur ayah
b) Matrilineal,
keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi ,
dimana hubungan itu berasal dari jalur ibu
c) Matrilokal,
suami istri tinggal pada keluarga sedarah istri
d) Patrilokal,
suami istri tinggal pada keluarga sedarah suami
e) Keluarga
kawinan, hubungan. Suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga
dan sanak saudara baik dari pihak suami dan istri.
a. Kelompok keluarga di indonesia
berdasarkan social ekonomi dan kebutuhan dasar
1. Prasejahtera,
Belum dapat memenuhi
kebutuhan dasar minimal : pengajaran agama, sandang, papan, pangan, kesehatan
atau keluarga belum dapat memenuhi salah satu /lebih indikator ks tahap
I.
2. Keluarga sejahtera (KS I)
telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat sosial
psikologis, pendidikan, KB, interaksi lingkungan. Indikator : ibadah sesuai
agama, makan 2 kali sehari, pakaian berbeda tiap keperluan, lantai bukan tanah,
kesehatan : anak sakit, ber-KB, dibawa kesarana kesehatan
3.
Keluarga sejahtera II
Indikator: belum dapat
menabung, ibadah (anggota keluarga ) sesuai agama, makan 2 kali sehari,
pakaian berbeda, lantai bukan tanah, kesehatan (idem),
daging/ telur minimal 1 kali seminggu, pakaian baru setahun sekali,
luas lantai 8m2 per orang, sehat 3 bulan terakhir,
anggota yang berumur 15 tahun keatas punya penghasilan tetap, umur
10, 60 tahun dapat baca tulis, umur 7-15 tahun bersekolah,
anak hidup 2 /lebih . Keluarga masih pus saat ini berkontrasepsi.
4.
Keluarga sejahtera III
Indikator
: belum berkontribusi pada masyarakat, ibadah sesuai agama,
pakaian berbeda tiap keperluan, lantai bukan tanah, kesehatan
idem, anggota melaksanakan ibadah, daging/telur seminggu sekali,
memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir, luas lantai 8 m2
perorang, anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir.
5.
Keluarga sejahtera tahap III plus,
dapat memenuhi seluruh kebutuhannya : dasar, sosial, pengembangan,
kontribusi pada masyarakat, indikator ks III + (ditambah), memberikan
sumbangan.
b.
Fungsi
keluarga
1.
Fungsi afektif dan koping keluarga
memberikan kenyamanan emosional anggota, membantu anggota dalam membentuk
identitas dan mempertahankan saat terjadi stress.
2.
Fungsi sosialisasi keluarga
sebagai guru, menanamkan kepercayaan, nilai, sikap, dan mekanisme koping,
memberikan feedback, dan memberikan petunjuk dalam pemecahan masalah.
3.
Fungsi reproduksi keluarga
melahirkan anak, menumbuh-kembangkan anak dan meneruskan keturunan.
4.
Fungsi ekonomi keluarga memberikan
finansial untuk anggota keluarga nya dan kepentingan di masyarakat.
5.
Fungsi fisik, keluarga memberikan
keamanan, kenyamanan lingkungan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perkembangan
dan istirahat termasuk untuk penyembuhan dari sakit.
B. Anak
usia Sekolah
Anak merupakan individu tersendiri yang
bertumbuh dan berkembang secara unik dan tidak dapat diulang setelah usianya
bertambah.
Anak adalah seseorang
yang belum mencapai usia 21 tahun dan belum pernah kawin (menikah) (UU No. 4 tahun
1979 tentang Kesejahteraan Anak). Menurut Hurlock (1980) saat ini yang disebut anak bukan
lagi yang berumur 21 tahun tetapi berumur 18 tahun, dan masa dewasa dini
dimulai umur 18 tahun.
Kelompok-kelompok usia anak terdiri dari
3 kelompok yaitu :
1. Usia prasekolah : 2 – 5 tahun
2. usia sekolah : 6 – 12 tahun
3.
usia
remaja : 13 - 18 tahun
Anak usia sekolah disebut sebagai masa
akhir anak-anak sejak usia 6 tahun dengan ciri-ciri sebagai berikut :
1. Label yang digunakan oleh orang tua
a. Usia yang menyulitkan karena anak tidak
mau lagi menuruti perintah dan lebih dipengaruhi oleh teman sebaya dari pada
orang tua ataupun anggota keluarga lainnya
b. Usia tidak rapi karena anak cenderung
tidak memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan
c. Usia bertengkar karena banyak terjadi
pertengkaran antar keluarga dan membuat suasana rumah yang tidak menyenangkan
bagi semua anggota keluarga
2. Label yang digunakan pendidik/guru
a. Usia sekolah dasar : anak diharapkan
memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan
penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari perbagai ketrampilan
penting tertentu baik kurikuler maupu ekstrakurikuler
b. Periode kritis dalam berprestasi : anak
membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak sukses, atau sangat sukses
yang cenderung menetap sampai dewasa
3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a. Usia berkelompok : perhatian utama anak
tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota
kelompok
b. Usia penyesuaian diri : anak ingin
menyesuaikan dengan standar yang disetujui oleh kelompok dalam penampilan,
berbicara dan berperilaku
c. Usia kreatif :suatu masa yang akan
menentukan apakah anak akan menjadi konformis (pencipta karya baru) atau tidak
d. Usia bermain : suatu masa yang mempunyai
keinginan bermain yang sangat besar karena adanya minat dan kegiatan untuk
bermain
1.
Perkembangan akhir masa kanak-kanak
Tugas perkembangan akhir masa
kanak-kanak menurut Havigrust :
a. Mempelajari ketrampilan fisik yang
diperlukan untuk permainan-permainan umum
b. Membangun sikap yang sehat mengenai diri
sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh
c. Belajar menyesuaikan diri dengan
teman-temannya
d. Mulai mengembangkan peran sosial pria
atau wanita yang tepat
e. Mengembangkan ketrampilan dasar untuk
membaca, menulis dan berhitung
f. Mengembangkan pengertian-pengertian yang
diperlukan untuk kehidupan sehari-hari
g. Mengembangkan hati nurani, pengertian
moral dan tingkatan nilai
h. Mengembangkan sikap terhadap
kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga
i.
Mencapai
kebebasan pribadi
2.
Perkembangan
anak
usia
sekolah
(Tugas
mandiri)
Masalah anak usia sekolah
2.1.Bahaya
Fisik
2.1.1. Penyakit
Ø Penyakit palsu/khayal untuk menghindari
tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya
Ø
Penyakit
yang sering dialami adalah yang berhubungan dengan kebersihan diri
2.1.2. Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
Ø Anak kesulitan mengikuti kegiatan
bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk keberhasilan social
Ø
Teman-temannya
sering mengganggu dan mengejek sehingga anak menjadi rendah diri.
2.1.3. Kecelakaan
Meskipun tidak
meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai kegagalan dan anak
lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya sehingga anak merasa
takut dan hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi
hubungan social
2.1.4. Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul perasaan tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
2.1.5. Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya sebagai perilaku kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi konsep diri anak
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya sebagai perilaku kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi konsep diri anak
2.2.Bahaya
Psikologis
2.2.1. Bahaya dalam berbicara
Ada 4 (empat) bahaya
dalam berbicara yang umum terdapat pada anak-anak usia sekolah yaitu :
Ø Kosakata
yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan menghambat
komunikasi dengan orang lain
Ø Kesalahan
dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan membuat anak jadi sadar
diri sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja
Ø Anak
yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dilingkungan sekolah akan
terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia berbeda
Ø Pembicaraan
yang bersifat egosentris, mengkritik dan merendahkan orang lain, membual akan
ditentang oleh temannya
2.2.2. Bahaya emosi
Anak akan dianggap
tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi yang kurang menyenangkan seperti
marah yang berlebihan, cemburu masih sangat kuat sehingga kurang disenangi
orang lain
2.2.3. Bahaya bermain
Anak yang kurang
memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan kesempatan untuk mempelajari
permainandan olah raga untuk menjadi anggota kelompok, anak dilarang berkhayal,
dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan menjadi anak penurut yang
kaku.
2.2.4. Bahaya dalam konsep diri
Anak yang mempunyai
konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas terhadap diri sendiri dan
tidak puas terhadap perlakuan orang lainbila konsep sosialnya didasarkan pada
pelbagai stereotip, anak cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif
dalam memperlakukan orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi dan cenderung
menetap serta terus menerus akan memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian
sosial anak
2.2.5. Bahaya moral
Bahaya umum diakitkan
dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-anak :
Ø Perkembangan
kode moral berdasarkan konsep teman-teman atau berdasarkan konsep-konsep media
massa tentang benar dan salah yang tidak sesuai dengan kode orang dewasa
Ø Tidak
berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas perilaku
Ø Disiplin
yang tidak konsisten membuat anak tidak yakin akan apa yang sebaiknya dilakukan
Ø Hukuman
fisik merupakan contoh agresivitas anak
Ø Menganggap
dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu memuaskan sehingga menjadi
perilaku kebiasaan
Ø
Tidak sabar terhadap perilaku orang lain
yang salah
2.2.6. Bahaya yang menyangkut minat
Bahaya yang dihubungkan
dengan minat masa kanak-kanak :
Ø Tidak
berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman sebaya
Ø Mengembangkan
sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai bagi dirinya, misal
kesehatan dan sekolah
2.2.7. Bahaya hubungan keluarga
Kondisi-kondisi yang
menyebabkan merosotnya hubungan keluarga :
Ø Sikap terhadap peran orang tua, orang
tua yang kurang menyukai peran orang tua dan merasa bahwa waktu, usaha dan uang
dihabiskan oleh anak cenderung mempunyai hubungan yang buruk dengan
anak-anaknya
Ø Harapan orang tua, kritikan orang tua
pada saat anak gagal dalam melaksanakan tugas sekolah dan harapan-harapan orang
tua maka orang tua sering mengkritik, memarahi dan bahkan menghukum anak
Ø Metode pelatihan anak, disiplin yang
otoriter pada keluarga besar dan disiplin lunak pada keluarga kecil yang
keduanya menimbulkan pertentangan dirumah dan meyebabkan kebencian pada anak.
Disiplin yang demokratis biasanya menghasilkan hubungan keluarga yang baik.
Ø Status sosial ekonomi, bila anak merasa
benda dan rumah miliknya lebih buruk dari temannya maka anak sering menyalahkan
orang tua dan orang tua cenderung membenci hal itu
Ø Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai
pekerjaan ayah mempengaruhi persaan anak dan bila ibu seorang karyawan sikap
terhadap ibu diwarnai oleh pandangan teman-temannya mengenai wanita karier dan
oleh banyaknya beban yang harus dilakukan di rumah.
Ø Perubahan sikap kepada orang tua, bila
orang tua tidak sesuai dengan harapan idealnya anak, anak cenderung bersikap
kritis dan membandingkan orang tuanya dengan orang tua teman-temannya.
Ø Pertentangan antar saudara, anak-anak
yang merasa orang tuanya pilih kasih terhadap saudara-saudaranya maka anak akan
menentang orang tua dan saudara yang dianggap kesayangan orang tua
Ø Perubahan sikap terhadap sanak keluarga,
anak-anak tidak menyukai sikap sanak keluarga yang terlalu memerintah atau
terlalu tua dan orang tua akan memarahi anak serta sanak keluarga membenci
sikap sianak
Ø
Orang
tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena teringat orang tua kandung
yang tidak serumah akan memperlihatkan sikap kritis, negativitas dan perilaku
yang sulit.
C. Masalah Keperawatan Keluarga
Masalah keperawatan keluarga yang paling menonjol pada
keluarga dengan anak sekolah adalah:
Ø
Kurang
nafsu makan / sulit makan
D.
Proses Keperawatan
a. Diagnosa Keperawatan Keluarga
Diagnosa
keperawatan keluarga yang dapat diangkat pada keluarga dengan anak usia sekolah
adalah perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, yang dapat
menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan.
Masalah gizi terutama pada anak merupakan masalah klasik
Indonesia karena stiap tahunnya, jumlah anak yang mengalami kurang gizi terjadi
peningkatan. Tahun 2005 ditemukan 1,8
juta anak dengan status gizi buruk, 2,3 juta pada tahun 2006 anak menderita
gizi buruk. Sementara itu hingga Maret 2008, 27% anak di Indonesia diperkirakan
mengalami gizi buruk. Pencetus masalah gizi buruk diantaranya adalah perilaku
sulit makan pada anak, faktor ekonomi, pola asuh, pelayanan kesehatan dasar
(Siswono, 2008).
b.
Tujuan
Umum
Keluarga
dengan anak usia sekolah dapat mengetahui dampak
pemenuhan nutrisi yang kurang dan pemenuhan nutrisi yang cukup pada anak usia sekolah.
c.
Tujuan
Khusus
Ø Keluarga dapat menyebutkan dampak
pemenuhan nutrisi yang kurang, yaitu timbul masalah kesehatan, terhambatnya
pertumbuhan dan perkembangan serta aktivitas sehari-hari.
Ø Keluarga dapat menyebutkan manfaat
pemenuhan nutrisi yang cukup yaitu anak
tumbuh sehat sesuai tahap tubuh kembangnya.
1.
Implementasi
Tindakan Keperawatan
Metode :
Diskusi
Media dan Alat : Selebaran yang berisi tentang dampak pemenuhan nutrisi yang kurang dan manfaat
pemenuhan nutrisi yang cukup.
Waktu
dan Tempat : Rabu, 28
September 2011.Rumah keluarga Tn. M.K
- Kriteria Evaluasi
·
Kriteria Struktur : Setelah dilakukan
kunjungan sebanyak kurang lebih dua kali, perencanaan struktur pelaksanaan
implementasi dengan menggunakan selebaran yang berisi dampak pemenuhan nutrisi
yang kurang dan manfaat pemenuhan nutrisi yang cukup.
·
Kriteria Proses : Setelah dilakukan kunjungan sebanyak kurang lebih dua
kali, keluarga dengan anak usia sekolah dapat mengerti pelaksanaan tindakan yang sedang
berjalan, sesuai dengan proses yang sudah direncanakan.
·
Kriteria Hasil : Setelah dilakukan tindakan keperawatan sebanyak kurang
lebih dua kali kunjungan, keluarga dengan anak usia sekolah dapat menyebutkan dampak pemenuhan nutrisi yang
kurang dan manfaat pemenuhan nutrisi yang cukup.
LAPORAN RESUME
Keluarga dengan
Anak Usia Sekolah
1.
Pengkajian
A. STRUKTUR
DAN SIFAT KELUARGA
1. Struktur
Keluarga
Nama kepala
keluarga : Tn. M. K.
Umur : 55 tahun
Pendidikan : SMP
Agama : Kristen
Suku : Minahasa
Pekerjaan : Tani
Alamat : Desa Lilang,
jaga I, Kec. Kema
Daftar anggota keluarga :
No
|
Nama
|
Hub kel.
|
L/P
|
Umur
|
Pend
|
Pekerjaan
|
IMUNISASI
|
Ket
|
|||||||
BCG
|
DPT
|
POLIO
|
Campak
|
||||||||||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
||||||||||
1.
|
Ny. S.S.
|
Istri
|
P
|
40 th
|
SMP
|
IRT
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
|
2.
|
An. Y.K.
|
Anak
|
L
|
11 th
|
SD
|
Pelajar
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
Ö
|
|
Tipe keluarga:
Genogram (minimal 3 generasi):
Ket :
: Laki-laki
yang sudah meninggal
: Perempuan
yang sudah meninggal
: Laki-laki
yang masih hidup
:
Perempuan yang masih hidup
: Menikah
: Klien (An. Y.K/11th)
2.
Sifat Keluarga
a.
Pengambilan Keputusan : Kepala Keluarga
b.
Kebiasaan hidup sehari-hari:
·
Kebiasaan istirahat dan tidur keluarga :
Tidur siang :
2 jam.
Tidur malam :
8 jam.
·
Kebiasaan makan keluarga dan contoh menu
sehari-hari :
Keluarga
biasanya makan 2x dalam sehari
(pagi, siang, malam) dengan menu nasi, ikan, sayur. Kecuali An. Y.K. yang makannya
kadang-kadang hanya 1x sehari dengan
porsi sedikit.
Kebiasaan dalam membersihkan diri anggota keluarga :
Seluruh anggota keluarga biasanya membersihkan
diri (mandi) 3 kali sehari, yaitu pagi
dan sore hari dikamar mandi milik sendiri. Air yang digunakan untuk mandi
adalah air kran.
·
Sarana hiburan keluarga : TV
B.
FAKTOR SOSIAL, BUDAYA DAN EKONOMI
1. Pekerjaan : Tn. M.K. sebagai petani, Ny. S.S. sebagai IRT dan An. Y.K. sebagai pelajar.
2. Penghasilan : > Rp.
500.000,-/bulan.
3.
Simpanan uang keluarga :Langsung digunakan untuk kebutuhan
sehari-hari.
4.
Penentu keuangan keluarga : Bapak & Ibu.
C.
FAKTOR LINGKUNGAN
1)
Rumah :
Ukuran rumah kurang lebih 6x5 meter dengan 2
kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, dan 1 kamar mandi sekaligus WC.
2)
Ventilais & Penerangan : cukup
3)
Persediaan air bersih : menggunakan air kran
4)
Pembuangan sampah :sampah biasanya ditambun dan dibakar.
5)
Pembuangan air limbah : ada parit / selokan
6)
Jamban/WC : ada
7)
Lingkungan rumah : cukup bersih
8)
Bahaya kecelakaan : tidak ada
9)
Sarana komunikasi & transportasi : HP ; Ojek
10) Fasilitas
pelayanan kesehatan :
puskesmas
- Riwayat Kesehatan
1) Riwayat
kesehatan masing – masing anggota keluarga:
Tn. M.K : Tidak pernah mengalami sakit berat
sebelumnya.
Ny. S.S : Tidak pernah mengalami sakit berat
sebelumnya.
An. Y.K : Tidak pernah mengalami sakit berat
sebelumnya.
2) Keluarga
berencana : Ny. S.S menggunakan KB suntik 3 bulan.
3) Imunisasi : Lengkap
- Pemeriksaan Fisik (An.K.L)
2.
Tanda – tanda vital : TD=100/70 mmHg, S=360C,
N=82x/mnt,
R=24x/mnt
3.
Sistem Pernapasan : pola napas reguler,
bentuk dada simetris, tidak ada ronchi/wheezing/crackles
4.
Sistem Kardiovaskuler : tidak ada
sianosis, CRT < 2 detik, denyut nadi teratur, tidak ada murmur dan gallop
5.
Sistem Pencernaan : abdomen datar,
bising usus kurang lebih 6x/menit.
6.
Sistem Perkemihan : tidak ada kelainan,
tidak ada nyeri ketuk dan nyeri tekan pada ginjal
7.
Sistem Persarafan : tidak ada kelainan
8.
Sistem Penginderaan : tidak ada
kelainan
9.
Sistem Integumen : warna kulit
hiperemis, turgor kulit jelek.
10. Ekstremitas :
pergerakan bebas
11. Sistem
Muskuloskeletal : tidak ada kelainan
12. Sistem
Hematologi : konjungtiva anemis +/+, sklera -/- .
- Pengkajian Psikologis (pada An. Y.K)
1) Status emosi : Labil.
2) Konsep diri : tidak terkaji.
3) Pola Komunikasi : komunikasi klien dengan keluarga dan
masyarakat sekitar baik.
4) Pola Interaksi : interaksi dengan keluaga dan
masyarakat sekitar cukup baik.
5)
Pola Koping : klien memiliki pertahanan diri (koping) yang adaptif.
- Pengetahuan Keluarga tentang Tumbuh Kembang kurang, keluarga kurang menyadari akan adanya perubahan – perubahan perilaku yang terjadi pada masa sekolah.
- Harapan Keluarga Terhadap Petugas Kesehatan
Keluarga mengharapkan agar kinerja
petugas kesehatan di Puskesdes lebih ditingkatkan lagi.
2.
Diagnosa keperawatan
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3.
Tujuan Khusus
3.1
Keluarga
dapat menjelaskan dampak pemenuhan nutrisi yang kurang yaitu timbul masalah
kesehatan, terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan serta aktivitas
sehari-hari.
3.2
Keluarga
dapat menyebutkan manfaat pemenuhan nutrisi yang cukup yaitu anak tumbuh
sehat sesuai tahap tumbuh kembangnya.
4.
Implementasi
Kunjungan I : Rabu, 28 September 2011
4.1.Menjelaskan kepada keluarga tentang dampak pemenuhan nutrisi
yang kurang dan manfaat pemenuhan nutrisi yang
cukup dengan memberikan print
out artikel – artikel yang berisi tentang dampak dan manfaat pemenuhan nutrisi.
4.2.Memberikan tips –tips kepada keluarga agar nutrisi anak
terpenuhi, seperti:
Ø Membiasakan anak menyantap makanan yang banyak mengandung
zat besi, banyak minum air atau air jeruk yang kaya akan vitamin C yang dapat
membantu penyerapan zat besi.
Ø Selalu ada
makanan yang tersedia dirumah, agar waktu anak ingin makan tidak butuh waktu
lama untuk menyiapkannya.
Ø Jika anak
sering tidak makan atau sarapan, ibu bisa menggangtinya dengan memberi cemilan
yang mengandung cukup kalori serta zat gizi lainnya.
Ø Sering
mengganti menu makanan agar anak tidak bosan.
Ø Menanyakan
kepada anak, makanan apa yang ia sukai sebelum memasak.
Kunjungan
II : Rabu,
4 oktober 2011
4.3.Mengevaluasi keefektifan tips yang diberikan
4.4.Mangingatkan kembali tentang tips – tips yang sudah
diberikan
5.
Evaluasi
S : Ibu klien mengatakan klien mau makan lebih sering dari biasanya dan dengan porsi yang lebih banyak.
O : Klien tampak lebih segar.
A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
terima kasih infonya
BalasHapusMakalah Manajemen Keperawatan Controling Makalah Gastritis enteritis dan Kolitis
Laporan Pendahuluan Keperawatan ADHF
sekolah stikes